KOMPAS.com — Menyusui perlu dilakukan dengan hati gembira sekaligus rasa nyaman. Berbagai suasana dan peralatan pun diciptakan untuk menghadirkan kenyamanan bagi ibu saat menyusui.
Bagi Yuyuk Andriati, pegawai sebuah institusi negara yang juga ibu dari Rasya (4,5), masa menyusui putri tunggalnya hingga berusia dua tahun sembilan bulan adalah masa yang menyenangkan. Begitu nyaman, hingga selama setahun dalam masa menyusui itu Yuyuk juga sempat mendonorkan air susunya untuk bayi lain yang membutuhkan.
Menyusui tidak berarti tidak tampil keren, juga tak pernah membosankan bagi Yuyuk. Perasaan paling nyaman tentu ia rasakan saat menyusui bayinya secara langsung. Namun, saat-saat memeras air susu ibu (ASI) untuk disimpan di botol di tempat kerja pun dapat dinikmati oleh Yuyuk.
”Biasanya aku memeras atau menyusui sambilvideo-chat atau video call dengan suami atau bayiku kalau kami berjauhan,” ujarnya.
Pada saat berada di kantor atau berada jauh dari Rasya, Yuyuk mendengarkan suara putrinya itu melalui telepon atau bahkan melalui rekaman. Suara si buah hati itu menumbuhkan rasa nyaman saat memeras ASI.
Yuyuk juga meyakini, menyusui bisa menjadi kegiatan multi-tasking. ”Sambil menggendong atau memangku Rasya untuk menyusuinya, aku bisa sambil BBM-an atau membalas e-mail. Traffickomunikasi bisa padat banget, jadi kadang perlu efisien juga,” ujar Yuyuk.
Modis
Ibu-ibu menyusui tetap tampil modis. Sejalan dengan meningkatnya minat ibu memberikan ASI kepada anak, menyusui menjadi gaya hidup ibu. Peralatan untuk mempermudah para ibu menyusui kian marak. Aneka perangkat menyusui ini dapat ditemui di berbagai toko perlengkapan bayi, antara lain Nenen Baby Shop di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tersebutlah pompa manual dan elektrik, botol untuk menampung ASI, tas berpendingin, hingga breast pad, yaitu bantalan kecil untuk penahan air susu yang menetes dari payudara.
Seiring dengan itu, bermunculan pula perlengkapan lain, seperti bra dan baju menyusui. Bra untuk menyusui biasanya berupa bra yang bagian cup-nya bisa dibuka sehingga si ibu tidak perlu melepas tali atau kancing di bagian belakang saat menyusui.
Model baju menyusui pun berkembang pesat, tidak lagi sekadar blus berkancing di depan, seperti lazimnya pada masa lalu. Menyusui dengan blus biasa yang berkancing depan justru membuat bukaan baju lebih lebar ketika menyusui. Kini baju menyusui, biasanya berupa blus, didesain sedemikian rupa agar pemakainya tidak perlu memelorotkan blus dari pundak atau mengangkat bagian bawah blus agar anak bisa menyusu.
Beberapa desain blus yang umumnya bermaterikan bahan kaus dibuat bersusun, terkesan tanpa kancing bukaan di depan. Sekilas, lapisan-lapisan horizontal atau menyilang di dada itu hanya terlihat sebagai detail baju. Namun, di balik lapisan bagian atas itu terdapat bukaan kecil di bagian dada yang tak dijahit atau dilengkapi retsleting. Ibu bisa menyusui melalui lubang tersebut.
Posisi lubang itu pun bervariasi, ada yang di bagian depan, ada pula yang di samping. Namun, lubang menyusui ini tentu tak terlihat saat lapisan atas blus tak dibuka.
Di samping blus menyusui, celemek menyusui atau apron juga bisa menjadi pilihan ketika menyusui anak di tempat umum. Yadi, dari bagian penjualan Nenen Baby Shop, mengatakan, celemek dan bantal menyusui bahkan sedang menjadi tren di kalangan ibu-ibu bekerja yang menyusui.
”Celemek dan bantal termasuk jenis perlengkapan baru dibandingkan yang lain. Baru dikenal masyarakat pada tiga tahun terakhir,” kata Yadi.
Modelnya cantik-cantik dan beragam, ada seperti celemek untuk memasak yang dipakai dengan mengalungkan tali di leher. Bagian atas apron diberi bukaan sehingga udara leluasa dihirup bayi saat menyusui berselimutkan celemek. Melalui bukaan atas, si ibu juga dapat memandangi wajah sang bayi yang terselimuti celemek.
Ada model celemek yang hanya akan menutupi tubuh bagian depan si ibu, ada pula yang bermodelcape (ponco), bisa menutupi seluruh tubuh bagian atas pemakainya. Karena motif kainnya beragam, mulai dari polos, kotak-kotak, motif bunga, atau kombinasi, tak heran kalau pemakainya bisa tetap terlihat modis ketika tengah menyusui. Dan si bayi pun merasa nyaman.
”Laptop ASI”
Bagi ibu bekerja yang masih menyusui, bawaan ke kantor menjadi lebih ribet. Vira Madjid (33), karyawati yang sedang menyusui, harus menenteng tiga tas ke tempat kerja. Satu tas berisi perlengkapan kerja, seperti laptop dan telepon seluler. Tas lain dia sebut ”laptop ASI”, berisi peralatan memompa ASI selama Vira berada di kantor. Tas berukuran 20 x 30 cm itu, antara lain, berisi pompa ASI, botol untuk menyimpan ASI, blue ice, dan celemek menyusui.
Sementara satu tas lagi biasanya diisi Vira dengan masakan makan siang dan camilan sehat. Menu makan siang biasanya terdiri atas nasi, lauk, dan sayuran, seperti bayam dan daun katuk. Dengan menjaga makanan yang ia konsumsi, Vira berusaha menjaga kualitas ASI-nya.
”Aku sampai diledekin temanku supermarket berjalan. He-he-he.... Buat ’bensin’-nya biar ASI-ku bagus,” kata Vira yang tengah menyusui anak ketiganya, Aqeela, yang berumur 8 bulan.
Di meja kerjanya, Vira bisa memompa ASI dengan menggunakan pompa manual. Agar tak terlihat orang lain, tubuhnya ditutupi apron (celemek) menyusui. ASI yang ditampungnya dalam botol kecil kemudian disimpan dalam tas. Untuk menjaga ketahanannya hingga jam pulang kerja, ASI dalam botol ini dilapisi blue ice.
”Saya merasa diuntungkan dengan adanya perlengkapan seperti sekarang ini. Jadi, bisa tetap memberi ASI untuk anak,” kata Vira.
Dikejar target mengumpulkan cadangan ASI bagi bayi kala bekerja, juga tak perlu membuat para ibu dilanda stres. Meskipun harus menyiasati waktu dan lokasi untuk memerah ASI, toh peran sebagai ibu menyusui tetap sangat dinikmati. Bergembira menjadi kunci agar kualitas dan kuantitas ASI terjaga baik.
Amanda Ramdariani (25) sebisa mungkin memerah susu di waktu istirahat bersama tiga rekan sekantornya yang sedang pada masa menyusui. Dengan memerah ASI ramai-ramai sambil mengobrol, mereka mampu memecah kebosanan. ”Setengah jam memerah ASI tidak berasa karena sambil ngobrol,” kata pegawai bank swasta ini.
Menyusui tidak berarti tidak tampil keren, juga tak pernah membosankan bagi Yuyuk. Perasaan paling nyaman tentu ia rasakan saat menyusui bayinya secara langsung. Namun, saat-saat memeras air susu ibu (ASI) untuk disimpan di botol di tempat kerja pun dapat dinikmati oleh Yuyuk.
”Biasanya aku memeras atau menyusui sambilvideo-chat atau video call dengan suami atau bayiku kalau kami berjauhan,” ujarnya.
Pada saat berada di kantor atau berada jauh dari Rasya, Yuyuk mendengarkan suara putrinya itu melalui telepon atau bahkan melalui rekaman. Suara si buah hati itu menumbuhkan rasa nyaman saat memeras ASI.
Yuyuk juga meyakini, menyusui bisa menjadi kegiatan multi-tasking. ”Sambil menggendong atau memangku Rasya untuk menyusuinya, aku bisa sambil BBM-an atau membalas e-mail. Traffickomunikasi bisa padat banget, jadi kadang perlu efisien juga,” ujar Yuyuk.
Modis
Ibu-ibu menyusui tetap tampil modis. Sejalan dengan meningkatnya minat ibu memberikan ASI kepada anak, menyusui menjadi gaya hidup ibu. Peralatan untuk mempermudah para ibu menyusui kian marak. Aneka perangkat menyusui ini dapat ditemui di berbagai toko perlengkapan bayi, antara lain Nenen Baby Shop di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tersebutlah pompa manual dan elektrik, botol untuk menampung ASI, tas berpendingin, hingga breast pad, yaitu bantalan kecil untuk penahan air susu yang menetes dari payudara.
Seiring dengan itu, bermunculan pula perlengkapan lain, seperti bra dan baju menyusui. Bra untuk menyusui biasanya berupa bra yang bagian cup-nya bisa dibuka sehingga si ibu tidak perlu melepas tali atau kancing di bagian belakang saat menyusui.
Model baju menyusui pun berkembang pesat, tidak lagi sekadar blus berkancing di depan, seperti lazimnya pada masa lalu. Menyusui dengan blus biasa yang berkancing depan justru membuat bukaan baju lebih lebar ketika menyusui. Kini baju menyusui, biasanya berupa blus, didesain sedemikian rupa agar pemakainya tidak perlu memelorotkan blus dari pundak atau mengangkat bagian bawah blus agar anak bisa menyusu.
Beberapa desain blus yang umumnya bermaterikan bahan kaus dibuat bersusun, terkesan tanpa kancing bukaan di depan. Sekilas, lapisan-lapisan horizontal atau menyilang di dada itu hanya terlihat sebagai detail baju. Namun, di balik lapisan bagian atas itu terdapat bukaan kecil di bagian dada yang tak dijahit atau dilengkapi retsleting. Ibu bisa menyusui melalui lubang tersebut.
Posisi lubang itu pun bervariasi, ada yang di bagian depan, ada pula yang di samping. Namun, lubang menyusui ini tentu tak terlihat saat lapisan atas blus tak dibuka.
Di samping blus menyusui, celemek menyusui atau apron juga bisa menjadi pilihan ketika menyusui anak di tempat umum. Yadi, dari bagian penjualan Nenen Baby Shop, mengatakan, celemek dan bantal menyusui bahkan sedang menjadi tren di kalangan ibu-ibu bekerja yang menyusui.
”Celemek dan bantal termasuk jenis perlengkapan baru dibandingkan yang lain. Baru dikenal masyarakat pada tiga tahun terakhir,” kata Yadi.
Modelnya cantik-cantik dan beragam, ada seperti celemek untuk memasak yang dipakai dengan mengalungkan tali di leher. Bagian atas apron diberi bukaan sehingga udara leluasa dihirup bayi saat menyusui berselimutkan celemek. Melalui bukaan atas, si ibu juga dapat memandangi wajah sang bayi yang terselimuti celemek.
Ada model celemek yang hanya akan menutupi tubuh bagian depan si ibu, ada pula yang bermodelcape (ponco), bisa menutupi seluruh tubuh bagian atas pemakainya. Karena motif kainnya beragam, mulai dari polos, kotak-kotak, motif bunga, atau kombinasi, tak heran kalau pemakainya bisa tetap terlihat modis ketika tengah menyusui. Dan si bayi pun merasa nyaman.
”Laptop ASI”
Bagi ibu bekerja yang masih menyusui, bawaan ke kantor menjadi lebih ribet. Vira Madjid (33), karyawati yang sedang menyusui, harus menenteng tiga tas ke tempat kerja. Satu tas berisi perlengkapan kerja, seperti laptop dan telepon seluler. Tas lain dia sebut ”laptop ASI”, berisi peralatan memompa ASI selama Vira berada di kantor. Tas berukuran 20 x 30 cm itu, antara lain, berisi pompa ASI, botol untuk menyimpan ASI, blue ice, dan celemek menyusui.
Sementara satu tas lagi biasanya diisi Vira dengan masakan makan siang dan camilan sehat. Menu makan siang biasanya terdiri atas nasi, lauk, dan sayuran, seperti bayam dan daun katuk. Dengan menjaga makanan yang ia konsumsi, Vira berusaha menjaga kualitas ASI-nya.
”Aku sampai diledekin temanku supermarket berjalan. He-he-he.... Buat ’bensin’-nya biar ASI-ku bagus,” kata Vira yang tengah menyusui anak ketiganya, Aqeela, yang berumur 8 bulan.
Di meja kerjanya, Vira bisa memompa ASI dengan menggunakan pompa manual. Agar tak terlihat orang lain, tubuhnya ditutupi apron (celemek) menyusui. ASI yang ditampungnya dalam botol kecil kemudian disimpan dalam tas. Untuk menjaga ketahanannya hingga jam pulang kerja, ASI dalam botol ini dilapisi blue ice.
”Saya merasa diuntungkan dengan adanya perlengkapan seperti sekarang ini. Jadi, bisa tetap memberi ASI untuk anak,” kata Vira.
Dikejar target mengumpulkan cadangan ASI bagi bayi kala bekerja, juga tak perlu membuat para ibu dilanda stres. Meskipun harus menyiasati waktu dan lokasi untuk memerah ASI, toh peran sebagai ibu menyusui tetap sangat dinikmati. Bergembira menjadi kunci agar kualitas dan kuantitas ASI terjaga baik.
Amanda Ramdariani (25) sebisa mungkin memerah susu di waktu istirahat bersama tiga rekan sekantornya yang sedang pada masa menyusui. Dengan memerah ASI ramai-ramai sambil mengobrol, mereka mampu memecah kebosanan. ”Setengah jam memerah ASI tidak berasa karena sambil ngobrol,” kata pegawai bank swasta ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar