Senin, 20 Juni 2011

PEREMPUAN PEKERJA, PENDOBRAK EKONOMI KELUARGA

Perempuan tak berdaya ? Tidak sepenuhnya benar. Untuk beberapa hal, memang iya. Kaum hawa masih kerap terpinggirkan dan terkungkung oleh sebutan 'manusia lemah' itu pun karena tak diberi kesempatan untuk menunjukkan potensinya.

Tapi untuk urusan pemberdayaan ekonomi keluarga, perempuan patut diacungi jempol. Tak hanya satu jempol atau dua jempol sekaligus.Tak percaya ? Lihat saja saat krisis moneter menerpa Indonesia, banyak pria yang harus kehilangan pekerjaan.

Entah karena pemutusan hubungan kerja [PHK] atau diistirahatkan sementara. Apa pun istilahnya, jelas membuat mereka, terutama pria berkeluarga, harus menerima pil pahit itu. Sumber pemasukan keuangan rumah tangga, jelas menjadi terhenti.

Disaat suami tak mempunyai pekerjaan, isteri justeru yang memiliki andil besar dalam menghidupi keluarga. Isteri yang kerap menjadi pihak yang tidak diberdayakan, menunjukkan potensi diri yang terpendam sekian lama. Banyak fakta yang membuktikan isteri mampu berbuat banyak untuk suami dan keluarga, meski dengan usaha kecil-kecilan. Sayang, banyak lembaga keuangan seperti bank yang masih memandang sebelah mata potensi ini ketika para perempuan pekerja mencoba meminjam sejumlah dana.

Dan itu terjadi tak saja di wilayah Jabotabek, di luar daerah pun begitu. Makassar, Medan, Padang, dan Semarang pun begitu. Perempuan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan [Kalsel] juga tak mau ketinggalan. Di kota ini, bisa dibilang tak ada satu pun perempuan yang suaminya sebagin besar berprofesi petani dan menganggur. Semuanya nyaris memiliki pekerjaan, meski bukan formil, seperti perajin manik-manik, bordir, dan yang lainnya. Pelajar SD, seusai sekolah pun ikut andil di dalamnya.

Keterampilan Kerja

Menurut Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Martapura, Kabupaten Banjar, kemandirian 208.185 perempuan di kabupaten ini tak lepas dari program yang dijalankan. Sejak September 2002 program Bimbingan Mental Sosial dan Keterampilan Kerja Wanita Desa diadakan. Target utamanya, yakni perempuan yang suaminya kurang bertanggung jawab (misalnya, ditinggal pergi atau nafkah kurang).



Sejak program itu digulirkan tampak jelas keterampilan perempuannya mulai menunjukkan peningkatan berarti. Memang ada juga yang mahir karena keterampilan yang dimiliki merupakan keterampilan turunan keluarga. Peran kader PKK [Pendidikan Keterampilan Keluarga] juga ikut andil dalam memajukan perempuan.

Terbukti dari program yang digulirkan dengan 20 orang target. Itu, membuahkan hasil. Utamanya di Desa Paringtali dan Desa Garis Hangar, Kecamatan Simpang Empat. Sejumlah home industri pun Berdiri, meski tak terlalu besar. Dari kesuksesan program ini membuat perempuan Banjar lainnya menginginkan program itu terus diadakan dengan jenis keterampilan yang berbeda.

Kabar Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kotamadya Banjarmasin, Drs.H. Adriansyah, Msc, mengungkapkan kemajuan perempuan di sector ekonomi nonformal juga tak lepas dari peran lembaga swadaya masyarakat [LSM]. PKK bekerjasama dengan LSM khusus perempuan.Keduanya 'berkeliling’ dari satu kelurahan ke kelurahan lain untuk mencari, menggali, mengembangkan, dan meningkatkan potensi perempuan guna mendobrak ekonomi keluarga. Hasilnya memang cukup memuaskan.

Sejumlah industri rumah tangga pun bermunculan. Sayangnya, belum berbentuk sentra industri karena terganjal pada birokrasi yang cuku panjang. Meski ditunjang modal, tempat, dan keinginan tapi tak mampu menggugap perempuan pekerja untuk membangun sentra industri sejenis. Alasan yang dikemukakan cukup masuk akal.

Selain karena birokrasi, mereka berpendapat biar kecil-kecilan yang penting dapat menghidupi ekonomi keluarga. Mereka hanya ingin sekedar meningkatkan ekonomi keluarga


Sumber : http://www.bkkbn.go.id/Webs/index.php/rubrik/detail/1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar