Sabtu, 11 Juni 2011
KETIKA HARUS MENINGGALKAN SI KECIL DI RUMAH
Sumber : http://www.bkkbn.go.id/Webs/index.php/rubrik/detail/607
Memiliki batita tidak membuat Anda serta merta dapat menghindar dari dinas luar kota dalam waktu lama yang sudah menjadi tuntutan kesibukan Anda.
Tak ada perbedaan signifikan mengenai apakah ibu atau ayah yang akan pergi. Yang menjadi poin penting adalah dengan siapa anak lebih dekat selama ini. Jika sosok yang pergi adalah sang pengasuh utamanya, maka proses adaptasi anak tentu akan lebih sulit sehingga dibutuhkan persiapan yang lebih intensif.
Esther Lianawati, Psi, menjelaskan bahwa tanpa persiapan, anak dapat mengalami rasa kehilangan yang teramat sangat sehingga membuatnya jadi berperilaku negatif, seperti rewel, sulit makan, mudah marah, murung, dan lainnya. Si kecil pun dapat saja merasa disakiti oleh ulah orangtuanya dan menganggap orangtuanya tidak menyayanginya lagi.
Dampak yang kemungkinan terjadi dalam jangka panjang adalah anak bisa-bisa hanya mengembangkan kedekatan dengan orangtua yang mengasuhnya di rumah dan melupakan orangtua yang pergi. “JIka tidak ada kesepakatan sebelumnya, penerapan pola asuh kemungkinan juga bisa berubah. Soal disiplin, misalnya, bisa menjadi lebih longgar,” kata Esther.
Beberapa kiat yang diberikan Esther ini semoga dapat meminimalkan dampak kepergian orangtua pada si batita:
* Beri tahu si kecil akan rencana kepergian Anda
Idealnya sejak 2-3 bulan sebelumnya. Sampaikan bahwa kepergian Anda kali ini memang cukup lama, namun tekankan bahwa pasangan Anda akan tetap ada untuk mendampingi si kecil di rumah. Sebutkan lama dan tujuan kepergian, serta tegaskan bahwa kepergian itu akan bermanfaat bagi kehidupan keluarga kelak. Ini bukanlah masalah apakah si batita akan mampu menyerap penjelasan Anda dengan baik atau tidak, tetapi lebih pada masalah menghargai si kecil.
* Berikan rasa aman
Jelaskan bahwa Anda akan kembali berkumpul bersamanya. Jika selama ini Anda konsisten dengan apa yang Anda ucapkan, maka akan lebih mudah memberikan pengertian kepada si kecil karena ia telah belajar bahwa ayah/ibunya memang selalu menepati janji dengan pulang tepat waktu.
* Sepakat pola asuh
Buatlah kesepakatan bersama dengan pasangan mengenai pola pengasuhan yang akan diterapkan. Dengan adanya komitmen untuk melakukan suatu pola asuh (yang dianggap terbaik bagi anak), diharapkan pendidikan anak tetap berjalan baik meskipun Anda tidak di rumah.
* Sosok pengganti
Sosok pengganti sementara bisa saja dihadirkan. Jika yang pergi ibu bisa menghadirkan nenek atau tante. Sedangkan sosok ayah bisa digantikan sementara oleh kakek atau om. Tetapi kehadiran sosok pengganti jangan sampai mengganggu kelekatan anak dengan Anda saat Anda kembali kelak.
* Libatkan dalam persiapan
Misal, dengan mengajak anak membeli pakaian hangat. Jelaskan bahwa perlengkapan itu akan Anda gunakan saat pergi nanti. Keterlibatan anak dan keterbukaan Anda, akan membangun kepercayaan pada diri si kecil bahwa ibu/ayahnya pasti akan kembali pada saatnya nanti.
* Perhatikan hal-hal khusus
Umpama, bagi ibu yang masih menyusui, pertimbangkan untuk melakukan penyapihan lebih dini. Contoh lain, jika ada kesepakatan si kecil akan pindah rumah (misalnya ke rumah kakek-nenek) selama Anda pergi, lakukan kepindahan beberapa waktu sebelum keberangkatan Anda. Jangan sampai anak mengalami lebih dari satu proses adaptasi.
* Tetap menjalin kontak
Saat di negeri seberang, jaga dan jalinlah kontak dengan keluarga, terutama si kecil. Manfaatkan teknologi seperti e-mail, chatting dengan webcam, atau teknologi konvensional seperti telepon untuk menjaga kedekatan dengan anak.
Bagi pasangan yang ditinggal:
* Kirimkanlah berbagai informasi mengenai perkembangan si kecil dalam bentuk foto atau pun hasil kreasi anak berupa gambar, prakarya sederhana, dan lainnya.
* Dalam aktivitas keseharian, selipkan selalu cerita mengenai istri/suami yang tengah pergi. Misal, “Mama masak sup kacang merah kesukaan Papa lho. Papa sedang makan apa ya di Jepang?” Atau saat si kecil menginginkan suatu mainan, katakan agar ia menanyakan terlebih dulu kepada ayah/ibu saat menelepon/chatting nanti.
* Hindari mengeluh di depan anak, ”Duh… coba Mama/Papa ada di sini, pasti tidak akan repot seperti ini.”
Jika kontak terjaga, otomatis anak akan selalu merasakan kehadiran ayah/ibunya meski tidak secara fisik. Ketika nanti kembali, anak tidak akan merasa asing lagi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar